BAB 7
BENCHMARKING
Pentingnya Benchmarking
Tingginya
tingkat persaingan bisnis saat ini dan pelanggan selalu menginginkan produk dan
pelayanan yang terbaik, kebutuhan pelanggan selalu meningkat serta para pemasok
semakin kompetitif, mengakibatkan kepuasan pelanggan semakin sulit untuk
dipenuhi. Upaya untuk memuaskan pelanggan dengan memberikan produk dan
pelayanan yang terbaik kepada pelanggan merupakan dorongan dilakukannya
benchmarking.
Banyak
perusahaan yang telah sukses dan menguasai pasar karena menerapkan strategi
bisnis yang berfokus kepada pelanggan dan selalu berusaha untuk memuaskan para
pelanggannya. Tetapi, tidak sedikit perusahaan yang mengalami kegagalan
meskipun mereka telah menerapkan strategi bisnis yang tepat sehingga
meningkatkan daya saing.
Peningkatan
daya saing perusahaan tidak cukup hanya sekedar menerapkan strategi yang tepat.
Perusahaan perlu melakukan benchmarking atau perbandingan posisi relatif dengan
kesuksesan perusahaan lain di dunia, sehingga tindakan untuk menghasilkan
kinerja yang serupa atau bahkan kinerja yang lebih baik dapat ditentukan.
Disamping itu reorientasi budaya menuju pembelajaran yang akan meningkatkan
perbaikan keterampilan dan efisiensi yang dihubungkan dengan kecepatan waktu
pengerjaan dan biaya, yang selanjutnya akan mengarah pada suatu proses
pengembangan keunggulan. Hal ini lah yang menjadi tujuan diadakannya
benchmarking.
Pengertian Benchmarking
Benchmarking
sudah berkembang sejak era 1980-an. Jepang yang memasarkan produk mesin
fotokopi dengan kualitas yang lebih baik dan harga lebih murah seperti Minolta,
Ricoh dan Canon telah menguasai pasar mesin fotokopi di Amerika Serikat yang
tadinya didominasi oleh Xerox. Akibatnya, perusahaan penghasil mesin fotocopi
Amerika Serikat Xerox yang merupakan pioner penghasil mesin fotocopi hampir
mengalami kebangkrutan pada tahun 1970. Keberhasilan perusahaan jepang dalam
memasarkan mesin fotokopi, pada awalnya Xerox menuduh perusahaan Jepang
melakukan “dumping”.
Eksekutif
Xerox kemudian memutuskan untuk melihat sendiri ke Jepang dengan melakukan
benchmarking bagaimana proses operasi yang telah dilakukan perusahaan jepang
penghasil mesin fotocopi tersebut. Melalui mitra perusahaan Xerox di jepang,
mereka melihat bahwa orang jepang melakukannya jauh lebih baik dari pada yang
dilakukan oleh Xerox dalam segala aspek seperti : kualitas, efisiensi biaya,
nilai pasar dan semua yang lain.
Kebangkrutan
perusahaan mesin fotocopi Xerox akan menjadi kenyataan apabila pihak manajemen
tidak melakukan usaha perubahan dan perbaikan untuk mengatasinya. Usaha
perbaikan yang dilakukan oleh Xerox mulai tahun 1981 dengan semangat inovasi
yang tiada henti melalui keterlibatan karyawan dan benchmarking akhirnya
membuahkan hasil. Keberhasilan Xerox yang waktu itu dipimpin oleh David T.
Kearns terbukti dengan diterimanya penghargaan Malcolm Baldrige National
Quality Awar (MBNQA) pada tahun 1989.
Apa
yang dimaksud dengan benchmarking ? Secara harfiah benchmarking diartikan
sebagai “patok duga” seperti dimuat dalam Peter Salim, 1991 The Contemporary
English-Indonesia: Dictionary, p.192. penulis beranggapan bahwa definisi yang
dikemukakan oleh Gregory H. Watson dan David Kearns (CEO Xerox) adalah definisi yang sangat tepat
untuk menjelaskan benchmarking.
o
Gregory H. Watson mendefinisikan
benchmarking adalah sebagai pencarian secara berkesinambungan dan penerapan
secara nyata praktik-praktik yang lebih baik yang mengarah pada kinerja
kompetitif yang unggul.
o
David Kearns mendefinisikan benchmarking
adalah suatu proses pengukuran terus-menerus atas produk dan jasa pelayanan
terhadap pesaing yang terkuat atau badan usaha lain yang dikenal sebagai yang
terbaik.
o
Fandy Tjiptono dan Anantasia Diana, 1995
p.232 mengatakan, maksud istilah benchmarking atau patok duga adalah sebuah
perusahaan akan “mematok” perusahaan lain yang mereka anggap sebagai pesaing
terberat, lalu bila dibandingkan “menduga” perusahaan mereka berada pada posisi
setinggi apa.
Dengan
demikian benchmarking adalah suatu proses belajar yang berlangsung secara
sistematis dan terus menerus dengan melakukan kegiatan mengukur dan
membandingkan setiap bagian yang dinyatakan penting oleh perusahaan dengan
perusahaan lain yang terbaik atau pesaing yang dianggap paling unggul
dibidangnya.
Konsep
benchmarking dilandasi oleh kerjasama secara terbuka antara dua perusahaan atau
lebih untuk saling menukar informasi dan pengalaman yang sama-sama dibutuhkan.
Jika informasi itu dianggap rahasia, maka perusahaan bebas untuk tidak
memberikan informasi yang dianggap rahasia tersebut. Dari pertukaran informasi,
kedua perusahaan sama-sama memperoleh keuntungan dan tidak ada piha yang
dirugikan.
Bila
satu perusahaan memiliki kinerja yang lebih baik, itu berarti perusahaan
tersebut dapat melakukan inovasi, kreativitas dan pengembangan produk dan
proses atas perturan informasi. Hal inilah yang menjadi wujud kegunaan dari
benchmarking, yaitu tidak hanya menyamai kinerja perusahaan pesaing, tetapi
dapat melampaui sehingga menjadi keunggulan daya saing.
Proses Benchmarking
Proses
benchmarking cukup sederhana, seorang manajer senior menentukan bagian apa dari
bisnisnya yang perlu menjalani perombakan strategi. Kamudian dia akan
memerintahkan sejumlah ahli untuk melakukan penelitian, perusahaan mana yang
paling kuat dalam fungsi itu serta mengumpulkan data tentang kinerja yang telah
dicapainya. Setelah data itu dianalisis, maka disusun rencana strategis dengan
memasukkan unsur-unsur yang paling efektif dari perusahaan yang dijadikan
referensi tersebut.
Sebelum
melakukan benchmarking perusahaan hendaknya menjawab beberapa pertanyaan
berikut ini, yaitu :
1. Apa
masalahnya
2. Dimana
posisi kita sekarang
3. Apa
yang akan di benchmark
4. Apa
yang menjadi dasar benchmark
5. Apa
yang akan terjadi sebagai akibat benchmark
6. Bagaimana
kita mempertahankan benchmark
7. Apa
masalah berikutnya yang perlu di benchmark
Agar
jawaban pertanyaan ini semua dapat diidentifikasi dan didefinisikan secara
jelas, perusahaan dapat memberikan tanggung jawab pada tim khusus atau individu
untuk menanganinya. Langkah ini adalah metodologi yang tepat untuk proses
evaluasi dan perbaikan sebagai bagian dari program Continuous Quality Improvement secara keseluruhan.
Karlof
dan Ostblom, 1993 mengemukakan lima langkah
yang harus dikaukan untuk emnerapkan benchmarking. Kelima langkah
tersebut sebagai berikut :
1. Menentukan
apa yang akan di benchmark, yaitu berkaitan dengan proses apa yang akan di
benchmarking dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan proses perusahaan.
2. Menentukan
perusahaan yang akan di benchmark, yaitu perusahaan yang terbaik.
3. Mengumpulkan
informasi, yaitu data yang berkaitan dengan apa yang akan di benchmark.
4. Analisis
data dan menentukan kesenjangan proses perusahaan dengan proses perusahaan yang
di benchmark.
5. Implementasi
perubahan yang harus dilakukan dan sekaligus melakukan pemantauan untuk
memperbaiki benchmark.
Barry
Render, 1995 p.96 menegmukakan bahwa model pengembangan benchmarking didasarkan
pada tahapan sebagai berikut :
1. Menentukan
apa yang akan di benchmark.
2. Membentuk
tim benchmarking.
3. Menentukan
partner (perusahaan) yang akan di benchmark.
4. Mengumpulkan
informasi dan menganalisis informasi benchmarking.
5. Mengambil
tindakan untuk melebihi prestasi perusahaan yang di benchmark.
Dale
H. Besterfield, at al, 1995 p.245-246 mengemukakan enam langkah yang diperlukan
dalam proses implementasi benchmarking. Keenam langkah proses implementasi
benchmarking tersebut adalah sebagai berikut :
1. Menentukan
apa yang akan di benchmark.
2. Mengetahui
posisi kinerja sekarang.
3. Membuat
rencana benchmark.
4. Mengumpulkan
data.
5. Mempelajari
dan menganalisis data.
6. Mengambil
keputusan.
Benchmarking Sebagai Strategi
Bersaing
Banyak
sekali jenis instrumen manajemen kualitas seperti : brainstorming, statistical process control (SPC), quality function
deployment (QFD), run chart, histogram, input/output analysis, scatter chart,
flow chart, control chart, cause-and-effect diagrams, perception analysis,
pareto charting dan lain sebagainya. Masing-masing mempunyai instrumen
tersebut mempunyai kelemahan dan kekuatan, tetapi tidak ada perusahaan yang
memerlukan semuanya.setiap perusahaan dapat memilih kombinasi sendiri secara
tapat sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Pemilihan
instrumen manajemen kualitas yang tepat dapat memberikan kontribusi yang cukup
besar untuk menentukan perbaikan proses. Benchmarking yang dapat digunakan
hampir segala macam bentuk bisnis, berusaha untuk mengumpulkan berbagai elemen
prestasi perusahaan terkemuka dalam beberapa waktu dan kemudian
membandingkannya dengan benchmark seperti standar, proses dan sasaran.
Pengalaman
Motorola dalam menggunakan strategi benchmarking untuk memperbaiki kualitas
diawali oleh sebuah keputusan yang sangat sederhana, yaitu bila motorola dapat
menaikkan motivasi karyawan lebih tinggi, dan melakukannya lebih baik dari
pesaing, perusahaan akan mengejar ketinggalan dan melewati perusahaan lain
walaupun mereka telah memulainya lebih dahulu. Bob Galvin sebagai pencetus kesimpulan
tersebut, menetapkan untuk menggarap ulang budaya perusahaan dan karakter
perusahaan yang diharapkan menjadi ciri Motorola. Budaya baru yang di kenalkan
adalah jauh lebih terfokus pada pelanggan atau kepuasan total pelanggan sebagai
poros untuk semua elemen karakter, budaya dan iklim organisasi.
Bagaimana
program Motorola untuk dapat mencapai enam sigma tersebut ? George Fosher dalm
Bill Creech, 1995 menyebutkan enam langkah ke arah enam sigma. Keenam langkah
tersebut adalah :
1. Menentukan
apa produk anda.
2. Menentukan
siapa pelanggan produk tersebut.
3. Mengenali
pemasok yang anda perlukan untuk produk anda.
4. Merencanakan
proses yang harus digunakan untuk membuat produk tersebut.
5. Mengamati
proses tadi untuk menghilangkan langkah yang keliru dan sia-sia.
6. Menetapkan cara pengukuran sebagai dasar untuk melakukan
perbaikan terus menerus.
Keenam
langkah tersebut menunjukkan bahwa strategi kualitas benchmarking tidak hanya
dilakukan pada proses, tetapi telah diperluas ke bidang yang bukan manufacturing seperti dua langkah
pertama, yaitu menentukan produk dan pelanggan yang secara tradisional banyak
dilupakan.
Benchmarking
dapat menjadi strategi bersaing, karena benchmarking berfokus pada proses dan
produk. Bila produk tersebut tidak sesuai dengan harapan perusahaan, pada
prosesnya perlu diperbaiki. Bila produknya memenuhi harapan perusahaan tetapi
tidak sesuai dengan harapan pelanggan berarti perusahaan harus mendefenisikan
dan mendesain ulang produknya.
Aspek
terpenting dari benchmarking adalah gerakan inovasinya yang menawarkan
perbaikan jangka panjang untuk perusahaan. Tujuan dari benchmarking adalah
mencari rahasia sukses perusahaan-perusahaan yang unggul, khususnya di bidang
pemasaran, proses, distribusi dan pelayanan. Oleh karena itu, tiap analisis
benchmarking yang baik akan menghasilkan dua jenis informasi, yaitu : (1) data
kualitatif yang dipakai untuk mengukur kinerja dan menentukan target yang akan
datang, (2) data kualitatif tentang faktor-faktor sukses yang membuat
perusahaan yang dijadikan referensi unggul dalam fungsi tertentu.